Fertilisasi
FERTILISASI PADA HEWAN
a. Fertilisasi pada Hewan
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses
penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah
bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium.
Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama
kira-kira 24 jam.
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke
rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini
disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada
saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit.
Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di
dalam saluran reproduksi wanita,yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam.
Selama waktu itu,suatu selubung glikoprotein dari protein-protein plasma semen
dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya
sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami
reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan
ke zona pellusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak
pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara
lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Pada fertilisasi mencakup 3 fase :
- penembusan korona radiata
- penembusan zona pelusida
- fusi
oosit dan membrane sel sperma
Gambar 1. Proses Fertilisasi
Ø fase 1 : penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta
spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500 yang
mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk
pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan
membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang
mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
Ø Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida
adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan
enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan
bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah
ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan
pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi
membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan
sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat
tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang
spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida
tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Ø Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah
spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut
menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada
saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput
oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia,
baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput
plasma tertingal di permukaan oosit.
Segera setelah
spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda
:
1) reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat
terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi
oleh spermatozoa lain
b. zona pelusida mengubah struktur dan
komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma
dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2) melanjutkan pembelahan meiosis kedua.
Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah spermatozoa
masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan
dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive.
Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai
pronukleus wanita.
3) penggiatan metabolic sel telur. Factor
penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan
diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler
yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan
pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan
ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan
pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat dan
kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita
maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika
tidak,masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA
separuh dari jumlah DNA normal.
Segera sesudah sintesis
DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan pembelahan mitosis
yang normal.23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah membelah memanjang pada
sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak kea
rah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing
mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid
berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang
dalam pada permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
Comments
Post a Comment