Kontraksi Otot
KONTRAKSI OTOT
1 Sumber Energi Kontraksi Otot
Dalam
proses kontraksi otot ATP berfungsi sebagai energi siap pakai.Energi ATP akan
dibebaskan melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim ATP-ase. Reaksinya
sebagai berikut :
Pada
proses ini selain energi untuk kontraksi,dihasilkan jug energi panas, sehingga
pada saat terjadi aktivitas otot, suhu tubuh akan meningkat.
Selain ATP, didalam otot tersimpan
senyawa fosfat berenergi tinggi lain yang disebut fosfagen yang dapat berupa
fosfakreatin,fosforilarginin, fosforiltaurosiamin, fosforilglikosianin, atau
fosforilambisin.Apabila satu dan hal lain hal dalam persediaan otot menipis,
misalnya pada saat olahraga dalam waktu lama maka sumber energi dapat diperoleh
dari fosfagen.Fosfagen akan memberikan gugus fosfatnya kepada ADP untuk
resintesis ATP.Sebagi contoh fosfagen, kita ambil fosfokreatin reaksinya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Reaksi 2 ini dapat berlangsung
bolak-balik sehingga apabila ATP diproduksi berlebihan maka banyak fosfokreatin
dihasilkan dan disimpan dalam otot.
Apabila otot bekerja keras dalam
waktu lama,mungkin pasok oksigen ke otot menjadi kurang dan tidak mencukupi
untuk oksidasi glukosa secra sempurna.Jika hal ini terjadi, maka otot akan
mendapatkan energinya sebgaian besar dari glikolisis anaerob, dalam keadaan
semacam ini dikatakan otot “menghutang” oksigen.Selama glikolisis, glukosa
didegradasi menjadi asam laktat dengan menghasilkan energi.
Aperlu diketahui bahwa energi dari
gllikolisis ini tidak digunakan oleh otot secara langsung untuk kontraksi,
tetapi digunakan untuk mensintesis kembali fosfokreatin.Persamaan reaksinya
sebagai berikut :
Jika otot berkontraksi dalam waktu
yang lama maka, dapat terjadi kelelahan. Ini berkaitan dengan menurunnya jumlah
ATP , glikogen, dan fosfokreatin, sedangkan ADP, AMP, dan asam laktat meningkat
kadarnya.Dalam keadaan semacam ini ATP dapat diperoleh dengan mengubah ADP
menjadi ATP dengan bantuan miokinase dan Mg2+ dan dengan reaksinya sebagai berkut :
Beberapa ATP-ase otot diaktifkan
oleh Ca2+ , beberapa yang lain diaktifkan oleh Mg2+. ATP
–ase pada miosin otot bergaris melintang pada vertberata diaktifkan oleh Ca2+
dan dihambat oleh Mg 2+ pada PH optimum 7.0. ATP-ase lain
dalam otot diaktifkan oleh Mg2+ dan mempunyai PH 7.0.
Setelah
otot berkontraksi maka 1/5 dari asam laktat akan dioksidasi menjadi H2O
+ CO 2 dan energi yang dilepas digunakan mengubah 4/5 asam laktat
menjadi glikogen yang selanjutnya disimpan didalam otot. Reaksinya sebagai
berikut :
2.2 Mekanisme Hutang Oksigen
Satu serabut otot terdiri dari
sekitar 15 milyar filamen kontraktil, yang masing-masing akan membutuhkan
sekitar 2500 ATP per detik untuk pergerakan otot. Selain glikogen, unsur
utama yang sangat penting dalam menghasilkan ATP adalah oksigen. Saat
olahraga intensitas tinggi, jumlah oksigen yang disediakan oleh tubuh dari
proses pernafasan tidak dapat mengimbangi kebutuhan tubun sehingga terbentuk
"sampah" berupa asam laktat dan ion H+. Timbunan
"sampah" tersebutlah yang menimbulkan kelelahan otot.
Namun Tuhan sudah mengatur
sedemikian rupa sehingga "sampah" di dalam tubuh tersebut dapat
di-"daur ulang". Salah satu unsur utama untuk dapat
"mendaur ulang" sampah tersebut adalah oksigen. Semakin banyak
asam laktat dan ion H+ dalam otot dan darah, maka semakin banyak pula oksigen
yang dibutuhkan untuk mendaur ulangnya. Dalam istilah fisiologi olahraga,
kondisi tersebut dinamakan dengan "oxygen debt", atau disebut juga
"hutang oksigen".
Selama kerja
otot, pembuluh darah otot melebar dan aliran darah meningkat sedemikian
sehingga pasokan O2 yang tersedia meningkat. Sampai suatu titik
tertentu, konsumsi O2 sebanding dengan energi yang dikeluarkan,
dan semua kebutuhan energi dipenuhi melalui proses erobik. Namun, bila kerja
otot sangat kuat, resintesis aerobik untuk simpanan energi tidak dapat
mengikuti kecepatan penggunaannya. Dalam keadaan demikian, fosforilkreatin
tetap digunakan untuk sintesis ulang ATP. Sebagian sintesis ATP dipenuhi dengan
menggunakan energi yang dilepaskan melalui penguraian anaerobik glukosa menjadi
laktat. Penggunaan jalur anaerobik bersifat self-limitting, karena meskipun
terjadi difusi cepat laktat ke dalam aliran darah, cukup banyak yang berkumpul
di otot yang pada akhirnya melampaui kapasitas dapar (buffer) jaringan dan
menyebabkan penurunan pH yang menghambat enzim. Akan tetapi, untuk jangka
pendek, adanya jalur anaerobik untuk penguraian glukosa memungkinkan kerja otot
yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada jalur tersebut. Misalnya, pada
lari cepat 100 meter yang berlangsung 10 detik, 85% energi yang dipakai
diperoleh secara anaerobik; pada lomba lari 2 mil yang berlangsung 10 menit 20%
energi diperoleh secara anaerobik; dan pada lomba lari jauh yang berlangsung 60
menit, hanya 5% energi yang diperoleh dari metabolisme anaerobik.
Setelah
selesainya satu masa kerja, O2 ekstra digunakan untuk membuang
sisa laktat, mengembalikan ATP dan simpanan fosforilkreatin, serta mengganti
sejumlah kecil O2 yang berasal dari mioglobin. Jumlah O2 ekstra
yang dipakai sebanding dengan besarnya kebutuhan energi, selama berlangsungnya
kerja, yang melampaui kapasitas sistesis aerobik simpanan energi, yaitu batas
terjadinya hutang oksigen. Utang O2 diukur secara eksperimental
dengan menetapkan konsumsi O2 setelah kerja sampai konsumsi
basal yang menetap tercapai, dan mengurangi konsumsi basal dari jumlah
keseluruhan. Jumlah hutang oksigen ini dapat mencapai enam kali konsumsi O2 basal,
menunjukkan bahwa orang tersebut mampu melakukan kerja sebesar enam kalinya,
yang tidak mungkin dilakukan tanpa utang oksigen. Tampaknya utang maksimal
dapat terjadi dengan cepat atau lambat; kerja berat hanya mungkin untuk waktu
singkat, sedangkan kerja yang lebih ringan dapat berlangsung lebih lama.
Gambar di bawah mengilustrasikan
bahwa semakin tinggi intensitas olahraga, semakin besar jumlah oksigen yang
dibutuhkan. Seorang pemain bola yang VO2max-nya rendah akan memiliki
"oxygen debt" yang lebih tinggi dibanding rekannya yang lebih
bugar. Itulah kenapa seorang yang memiliki tingkat VO2max yang
rendah akan mudah "habis" dalam bermain bola. Selain mudah
lelah karena mudah terbentuk asam laktat dan ion H+, pemain tersebut juga
membutuhkan waktu pemulihan yang lebih panjang. Atas dasar inilah pemain
bola dituntut untuk memiliki tingkat VO2 max yang tinggi. Untuk level
internasional, rata-rata pemain bola memiliki tingkat VO2max sekitar 60
ml/kgbb/menit. Bagaimana dengan pemain Indonesia? Jumlah yang memiliki
VO2max di atas 55 ml/kgbb/menit masih bisa dihitung dengan jari.
Gambar
: Hubungan Antara Latihan dengan Konsumsi oksigen
(Sumber :http://dokternanang.blogspot.com/2012/03/instant-recovery-hutang-oksigen.html)
Nah, bagaimana caranya pemain yang
kelelahan karena "hutang oksigen"-nya menumpuk agar dapat cepat pulih
?
1. Tingkat kebugaran
yang tinggi
Jauh-jauh hari sebelum bertanding
seorang pemain harus berusaha meningkatkan kebugarannya. Diperlukan waktu lebih
dari 3 bulan agar terjadi peningkatan kadar VO2max yang signifikan. Dengan
tingkat kebugaran yang tinggi, kemampuan untuk memanfaatkan oksigen dalam sel
tubuh juga tinggi, sehingga proses recovery dapat berlangsung dengan cepat.
Metode- metode untuk peningkatan VO2 max akan dijelaskan pada kesempatan lain.
2. Peningkatan asupan oksigen kedalam sel tubuh
a. Terapi kombinasi dingin
dan panas
Dengah metode ini, setiap selesai bertanding atau latihan keras main bola
dianjurkan untuk berendam dalam kolam air dingin bersuhu 12-15 derajat
Celcius. Durasi berendam di air dingin ini bermacam-macam, ada
yang 1 menit kemudian berendam dalam kolam air hangat selama 3
menit dilakukan berulang- ulang, ada yang hanya berendam di air dingin saja
sampai 10-15 menit, ada juga yang senyamannya berendam di dingin dan hangat.
Mengapa demikian ?
Ketika tubuh direndam dalam air
dingin, terjadi vasokonstriksi sehingga memeras asam laktat keluar dari otot
untuk kemudian ditransfer ke hati. Selain itu terapi dingin akan menghambat
proses peradangan pada otot akibat adanya mikrotrauma pada sel- sel otot.
Setelah asam laktat diperas keluar dari otot dengan terapi dingin, tubuh
direndam pada air hangat sehingga terjadi vasodilatasi ( pelebaran pembuluh
darah). Vasodilatasi tersebut akan membuat darah lebih lancar mengalir ke liver
yang merupakan tempat " daur ulang asam laktat". Bukti
penelitian terkait efektivitas metode ini masih simpang siur.
Untuk alasan kesehatan dan
keamanan, penulis menyarankan untuk tidak memakai metode yang terlalu
ekstrim, tidak memakai air yang bersuhu terlalu dingin, dan dilakukan setelah proses
pendinginan/cooling down selesai dilakukan.
b. Oksigen hiperbarik
Metode ini sudah banyak
diaplikasikan di luar negeri walaupun bukti-bukti penelitian juga belum cukup
kuat. Pemain ditempatkan dalam ruangan khusus dengan oksigen
bertekanan tinggi. Secara teoritis diharapkan oksigen yang bertekanan tinggi
ini lebih mudah berikatan dengan haemoglobin dan masuk ke dalam sel-sel tubuh,
sehingga mempermudah proses "daur ulang" asam laktat.
c. Tidur yang cukup dan berkualitas
Pemain profesional yang bermain
dengan intensitas tinggi diharapkan tidur selama 8-10 jam! Tidur siang selama 2
jam, dan tidur malam selama 8 jam. Sekurang-kurangnya diharapkan dia
tidur selama 8 jam.
Mengapa tidur sangat penting? Perlu diketahui bahwa
tidak ada obat untuk menggantikan tidur. Sama halnya dengan "hutang
oksigen" yang harus dibayar dengan asupan oksigen, "hutang
tidur" hanya bisa dibayar dengan tidur. Saat tidurlah terjadi proses
recovery yang paling efektif. Tubuh beristirahat dan berfokus untuk
regenerasi sel-sel tubuh yang rusak.
Daftar Pustaka
Campbell, et all., (2003), Biologi Jilid 3 Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Irianto, Kus., (2004), Struktur Dan fungsi Manusia
Untuk Paramedis, Yrama
Widya , Bandung.
Nanang, Tri,
(2012), Hutang Oksigen
http://dokternanang.blogspot.com/2012/03/instant-recovery-hutang-oksigen.html. diakses
pada tanggal 21 Pebruari 2015
Setiadi, (2007), Anatomi Fisiologi Manusia,
Graha Ilmu, Surabaya.
Sinaga,
Erlintan dan Melva Silitonga, (2011), Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.
Universitas Negeri Medan , Medan.
Comments
Post a Comment