Jamur Pestalotiopsis palmarum
1. Morfologi Jamur Pestalotiopsis palmarum
Penyakit bercak kelabu pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)
disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert. Adapun
taksonomi dari jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert adalah
sebagai berikut,
Kingdom : Mycetea
Divisi : Deuromycotina
Kelas : Deuromycetes
Ordo
: Melanconiales
Famili :
Melanconiae
Genus : Pestalotiopsis
Spesies : Pestalotiopsis palmarum
Jamur ini memiliki konidium berbentuk
kumparan, bersekat 4, mempunyai 3 seta apical, berukuran 25-28 x 6-7,5 μm
(Gambar 1). Merupakan parasit lemah yang menginfeksi luka-luka. Spora jamur
(konidium) dipencarkan oleh angin. Untuk jarak dekat spora dapat terbawa oleh
percikan air dan serangga.
Gambar 1. Pestaloytiopsis palmarum
Sumber. (Douira, A. et al, 2014)
Konidia berukuran 84.6-96.8 μm x 26.7-33.5 μm dan
terdiri atas lima sel yang berjajar. Biasanya jajaran sel lurus, kadang-kadang
agak membentuk lengkungan dengan salah satu ujungnya terbentuk setula. Tiga sel
tengah (sel urutan kedua sampai keempat yang dihitung mulai dari sel tempat
setula berpangkal) berwarna amber dengan dua sel (sel kedua dan ketiga)
berwarna lebih gelap dari sel keempat. Sel tengah (sel ketiga) berukuran
\paling lebar dibandingkan sel-sel lainnya. Sel terujung atau sel apikal (sel
kesatu) hialin agak memanjang atau menyempit ke ujung; sedang sel pangkal atau
sel basal (sel kelima) hialin agak silindrik. Setula hialin yang terletak di
ujung sel apikal berjumlah 2-3 dengan panjang 92,3-107,1 μm, posisinya agak
melengkung; setula tampaknya mudah lepas dari pangkalnya. Pedisel hialin
terletak di ujung sel basal (tampak seperti ekor konidia) dengan panjang
18,1-22,7 μm. Semua bagian konidiospora yang hialin yaitu sel apikal, sel
basal, dan setula mudah berubah bentuk yaitu agak kisut bila disimpan lama
(lebih dari 6 bulan).
Jamur ini memiliki
konidia berbentuk kumparan,mempunyai sekat 4 dan mempunyai 3 seta apical
(rambut), berukuran ±15-17 μm x 3-4 μm. Jamur ini memiliki warna koloni di
bagian atas koloni berwarna putih yang lama kelamaan akan muncul bintik-bintik
hitam dan bagian dsar koloni bewarna kuning kecoklatan. Bentuk tepi koloni
bulat, permukaan koloni kasar, elevasi convex.
Gambar 2 Pestalotiopsis palmarum (perbesaran 400x)
(a)
sel basal (b) sel apical dan (c)
setula (rambut) apical
2. Perkembangbiakkan Jamur
Pestalotiopsis palmarum
Kapang
dapat bereproduksi secara aseksual (fase anamorf) maupun seksual (fase
teleomorf). Mayoritas kapang hanya bereproduksi secara aseksual, tetapi seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan telah ditemukan sejumlah kapang ternyata
juga mampu bereproduksi seksual. Spesies-spesies anamorf tersebut kemudian akan
mempunyai nama baru. Filum Deuteromycota untuk kapang-kapang yang belum
memiliki fase seksual. Filum Deuteromycota bereproduksi secara aseksual.
Siklus
reproduksi seksual dan aseksual pada jamur dapat dilihat pada Gambar 3.
Reproduksi seksual melibatkan 3 tahap yaitu plasmogami (peleburan plasma), karyogami
(peleburan nukleus), dan meiosis. Kedua cara reproduksi tersebut menghasilkan
spora. Oleh karena itu, spora ada yang diproduksi secara seksual maupun aseksual.
Contoh spora yang diproduksi secara seksual adalah askospora, basidiospora, dan
zigospora. Spora yang diproduksi secara aseksual misalnya arthrospora (Gambar 4),
klamidospora (Gambar 5) ,sporangiospora/spora (Gambar 6), konidiospora/konidia
(Gambar 7 dan 8), dan zoospora (Gambar 10).
Gambar 3. Bagan reproduksi seksual dan aseksual pada jamur
Gambar 4. Siklus reproduksi seksual dan aseksual jamur
Gambar 5.
memperlihatkan arthrospora/arthrokonidia yang dibentuk dari fragmentasi hifa.
Artrospora merupakan spora yang terbentuk oleh lepasnya kompartemen-kompartemen
suatu hifa dari miselium menjadi segmen-segmen yang berfungsi sebagai spora
aseksual. Artrospora kemudian dapat menjadi individu baru apabila keadaan
lingkungan menunjang.
Gambar 5. Artrokonidia pada Gymnoascus sp (sumber: image.google.com)
Klamidospora merupakan sel hifa yang berdinding
tebal yang terbentuk apabila lingkungan tidak menguntungkan kapang (Gambar 6).
Klamidospora umumnya dibentuk pada bagian hifa yang tua. Sel-sel hifa tertentu
memperoleh ekstra nutrien , membesar, dan dindingnya menebal. Ukuran sel
tersebut menjadi lebih besar daripada sel-sel hifa yang lainnya. Letak sel-sel
tersebut dapat pada ujung hifa (klamidospora terminal) maupun diantara sel-sel
hifa (klamidospora interkalar). Fungsi klamidospora sebagai resting cell. Klamidospora
dapat bergerminasi menjadi hifa apabila keadaan lingkungan membaik.
Gambar 6. Klamidospora pada Epidemophyton floccosum
(sumber: image.google.com)
Gambar 7.
menampakkan sporangiospora atau spora. Sporangiospora merupakan spora yang dibentuk di dalam
sporangium. Inti-inti yang ada di dalam kolumela (ujung sporangiofor) akan
keluar menembus dinding kolumela masuk ke dalam suatu kantung yaitu sporangium.
Sporangium merupakan karpus untuk reproduksi aseksual mirip kantung yang
berbentuk bulat atu semibulat. Sporangium semula berwarna bening atau
agak kekuningan karena mengandung senyawa β- karoten kemudian berwarna hitam
karena senyawa karoten mengalami polimerisasi yang disebabkan proses oksidasi.
Selanjutnya terbentuk sporopolenin yaitu senyawa yang sangt resisten terhadap
degradasi. Apabila jumlah sporangiospora telah mencapai jumlah maksimum untuk
spesies tersebut aka sporangium akan pecah dan sporangiospora akan lepas ke
lingkungan. Sisa dinding sporangium akan terlihat menggantung pada dasar
kolumela (Gambar 6). Contoh genus yang memproduksi
sporangium adalah Rhizopus, Mucor, Absidia, dan Synchepalastrum.
Gambar 7. Sporangium yang mengandung sporangiospora pada Absidia sp
(sumber: image.google.com)
Gambar 8. Bagian-bagian sporangium (sumber:
image.google.com)
Contoh
spora aseksual yang lain adalah konidiospora atau konidia. Konidia biasanya
dibentuk pada ujung hifa. Konidia dibentuk dari sel konidiogenos (conidiogenous
cell) atau sel pembentuk konidia. Sel konidiogenos adalah sel aseksual tunggal
yang terbentuk langsung dari sel pada hifa atau suatu sel hifa sendiri yang
menghasilkan konidia. bentuk sel konidiogenos bermacam-macam misalnya pada Aspergillus sp dan Penicillium
sp bentuknya seperti botol dengan leher (panjang atau pendek); seperti silinder
agak melebar pada salah satu ujung misalnya pada Cladosporium; lencir seperti
pada Verticillium dan Paecilomyces.
Bentuk
konidia beraneka ragam tergantung spesiesnya. Permukaan konidia dapat halus,
kasar, atau mempunyai tonjolan-tonjolan. Konidia ada yang mempunyai sekat seperti pada Pestalotiopsis sp. .
Konidia dengan sekat transversal dan longitudinal tersebut dinamakan
dictyospora.
Gambar 9. Konidia pada Pestalotiopsis sp.
Zoospora
sering disebut sebagai spora kembara merupakan salah satu spora yang dibentuk
secara aseksual pada Oomycota. Gambar 10 memperlihatkan zoospora yang terbentuk
dalam zoosporangium. Apabila zoosporangium telah mengeluarkan zoospora
selanjutnya dapat terbentuk zoosporangium yang ke-2 dinamakan zoosporangium
sekunder.
Gambar 10. Zoospora pada Oomycota (sumber: image.google.com)
Untuk jamur Pestalotiopsis
palmarum dapat dilihat biakan murni bewarna putih yang lama kelamaan akan
muncul bintik-bintik hitam (Gambar 11a) dengan bagian bawah bewarna kuning
kecoklatan (Gambar 11b). Bentuk tepi koloni bulat kasar. Pertumbuhan Jamur P.
palmarum pada media PDA terlihat menutupi seluruh petridish pada hari
kedelapan dengan luas pertumbuhan 59,41 cm².
Gambar 11. Pestalotiopsis palmarum di
media PDA
(a) depan (b) belakang
3. Penyakit Bercak Kelabu
Penyakit bercak kelabu pada daun tanaman palem raja (Roystonea elata)
disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis palmarum (Cooke) Steyaert. Pestalotiopsis sp. merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit ini menyerang dedaunan yang telah terluka atau melemah karena cuaca
yang kurang baik. Biasanya dedaunan yang akan mati adalah daun yang dekat
dengan pangkal tanaman dan daun yang paling rimbun. Penyakit ini biasanya
menyerang dimulai dari ujung daun dan berkembang kearah pangkal daun. Warna
daun berubah dari hijau menjadi kekuning-kuningan, kemudian ke coklat gelap
atau hampir hitam.
Gambar 11. Bercak Daun pada Palem Kuning
A. Gejala Serangan
Pada daun yang terserang timbul bintik kecil
berwarna cokelat muda. Bercak-bercak dapat bersatu, sehingga terjadi bercak
cokelat besar. Apabila terjadi serangan berat daun menjadi kering seperti
terbakar. Pada bercak terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan badan buah
(aservulus) dari cendawan.
Gambar 12 . Gejala serangan Pestalotiopsis palmarum
Sumber. http://www.biodiversidadvirtual.
Timbul bercak-bercak yang tembus cahaya pada
daun-daun dan kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan sampai
kelabu. Bagian yang kelabu ini dikelilingi oleh tepi coklat tua. Bercak-bercak
bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang terdapat bintik-bintik yang
terdiri dari acervuli cendawan. Berbeda dengan bercak daun yang disebabkan oleh
jamur lain, bercak karena Pestalotiopsis pada umumnya tidak dikelilingi
oleh jamur klorotik (halo). Bercak-bercak dapat bersatu sehingga terjadi bercak
yang besar.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Penyakit
Penyakit ini lebih banyak terdapat pada
tanaman yang kurang baik pertumbuhannya, misalnya yang tumbuh di tanah yang
kurus , kekurangan air dan miskin unsur hara khususnya kalium. Sebaliknya
kelebihan nitrogen pun menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan.
C. Pengendalian Penyakit
Penyakit ini dapat
dikendalikan dengan cara memotong dan membakar bagian
yang sakit, penyemprotan fungisida Dithane M-45, Difolatan 4F dengan kepekatan
0,1- 0,2%.
DAFTAR PUSTAKA
Douira,
A. et al,2014. Study of Pestalotiopsis
palmarum pathogenicity on Washingtonia robusta (Mexican palm). International
journal Of Pure & Appllied Bioscience. 2 (6): 138-145.
N. S.
V. 2013. Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem
Raja (Roystonea Elata Bartr.)
Taman Kota Medan. Skripsi. Fakultas
Pertanian USU.
N. S.
V., dkk. 2014. Inventarisasi Jamur Penyebab Penyakit Daun Palem Raja (Roystonea Elata Bartr.) Taman
Kota Medan. Jurnal
Online Agroekoteknologi. 2(2) : 735 – 748.
P. E. T., dan S. P., 2009. Peta Sebaran Penyakit Tanaman Perdu (Tanaman Hias) Di Ruang Terbuka Hijau
(Rth) Kota Urabaya, Seminar Nasional ‘Akselerasi Pengembangan
Teknologi Pertanian Dalam Mendukung Revitalisasi Pertanian’.
Jawa Timur.
Rakhmawati. A. 2013. Reproduksi Jamur. Makalah PPM Olimpiade Biologi. Yogyakarta.
Comments
Post a Comment