PROSEDUR STANDAR DALAM MIKROTEKNIK
Untuk
prosedur rutin, sayat paraffin dan pewarnaan hematoksilin eosin, tahap-tahap
utama prosesing jaringan yang harus ditempuh ditampilkan dalam skenario umum
dibawah ini :
1.
Pembiusan
dan Pengambilan (Koleksi Jaringan)
Pembiusan
merupakan proses yang bertujuan khusus untuk preparat hewan yaitu untuk
memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan. Pembiusan
tidak perlu dilakukan jika yang akan diambil atau diamati adalah jaringan yang
menyangkut kelenjar-kelenjar(endokrinologi), karena mungkin akan berpengaruh
terhadap hormon-hormon yang terkandung di dalamnya.
Senyawa
kimia yang umumnya digunakan untuk pembiusan adalah:
·
Eter, biasanya digunakan
untuk membius tikus, kelinci, marmut, dan anjing
·
Kloroform, biasanya
digunakan untuk membius kucing dan kera.
Senyawa
kimia lainnya yang dapat digunakan untuk pembiusan adalah prokain, aseton-
CHCl3, Morfin HCl, methane, alcohol, klereton, kloral hidrat, kokain, dan garam
magnesium.
Diseksi
merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari sumber alami
baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai bahan dasar
dalam mikroteknik. Pada jaringan hewan setelah dilakukan pengambilan diperlukan
proses pencucian (washing). Dalam pengambilan jaringan kita menggunakan
alat-alat bedah sperti gunting bedah,
pinset, pipet, dan lain-lain.
2.
Fiksasi
Fiksasi
artinya membuat menjadi tetap (to fix).Fiksasi artinya tahap pertama dan paling
kritis dalam prosesing preparat histologi.Tahap ini menjadi kritis karena
begitu dikoleksi (dipisahkan dari tubuh asalnya), sel-sel jaringan akan segera
mengalami perubahan baik karena aktivitas bakteri maupun karena proses
autolisis (self-digestion) oleh enzim-enzim yang terdapat dalam sel.
Tujuan-tujuan
fiksasi adalah sebagai berikut :
a. Menghentikan
proses-proses metabolik sel secara cepat
b. Mencegah
terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat regresif
c. Mengawetkan
bahan-bahan sitologis dan histologis
d. Mempertahankan
bentuk aktual bahan histologis
e. Mengeraskan,
atau aka memberi konsistensi kepada bahan-bahan yang lembut.
f. Memberi
kemungkinan adanya perbedaan optik diantara jaringan.
Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut diatas, suatu bahan fiksatif harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Memiliki
daya penetrasi yang baik ke dalam jaringan
b. Mampu
mengkoagulasi isi sel dengan baik
c. Mampu
melindungi jaringan terhadap terjasinya penyusutan atau distorsi yang mungkin
akan terjadi selama dehidrasi
d. Mampu
membuat isi atau bagian sel menjadi tampak berbeda.
Sangat
jarang digunakan fikasatif yang berasal
dari bahan tunggal kecuali formalin dan glutaral dehida.Fiksatif yang umum
biasanya berupa campuran atau kombinasi atau kombinasi beberapa bahan. Fiksatif
yang paling efektif adalah kombinasi koagulan dan non koagulan protein.Fiksatif
campuran yang paling efektif digunakan
adalah larutan Bouin.
Fiksatif tunggal – Bahan
pembuatan fiksatif campuran
Bahan-bahan kimia di bawah ini pada
awalnya digunakan sebagai fiksatif tunggal. Tetapi pada perkembangan
selanjutnya bahan-bahan tersebut, kecuali beberapa bahan tertentu, sudah jarang
digunakan secara sendirian tetapi dijadikan sebagai salah satu komponen dari
fiksatif campuran.
a. Asam
asetat
b. Aseton
c. Kromium
trioksida (CrO3), asam kormat
d. Alkohol
e. Aldehida
(HCHO)
f. Merkuri
klorida (HgCl2)
g. Osmium
tetroksida (OsO4), asam osmat
h. Asam
pikrat (C6H2(NO2)3OH)
i.
Kalium dikromat (K2Cr2O7)
j.
Asam trikloroasetat (CCl3COOH)
Fiksatif
campuran-Kombinasi beberapa fiksatif tunggal
a. Larutan
Mueller k.
Larutan Gilson
b. Larutan
Orth l.
Larutan Bensey AOB
c. Larutan
Zenker m.
Larutan Regaud
d. Larutan
Helly (Formol Zenker) n.
Larutan Bianco
e. Larutan
Heidenhain o.
Larutan Gate
f. Larutan
Lavdowsky p.
Larutan Navashin
g. Formalin q.
Larutan Carnoy
h. Larutan
Mann r.
Larutan Alkohol-
Formalin-Asetat (A-F-A)
i.
Larutan Bouin s.
Larutan Kolmer
j.
Larutan Allen B t.
Larutan Petrunkewitsch
Jika
fiksasi tidak bisa segera dilakukan, maka ada baiknya jika jaringan dimasukkan
ke dalam lemari pendingin (refrigerator) dengan tujuan untuk meminimalkan
terjadinya autolisis dan putrefaksi sampai jaringan dapat difiksasi.
Beberapa
pertimbangan yang harus dilakukan dalam proses fiksasi jaringan yaitu :
a. Pemilihan
fiksatif adalah tujuan pengamatan yang akan dicapai dalam pembuatan preparat
histologi tersebut.
b. Efek
pengerasan jaringan yang ditimbulkan oleh fiksatif.
c. Volume
fiksatif yang digunakan.Gunakan fiksatif dengan volume paling sedikit 10 kali
volume jaringan.
d. Waktu
yang dibutuhkan untuk memfiksasi jaringan sangat tergantung kepada daya
penetrabilitas dan aksi fiksatif.
3.
Pencucian
(Washing) Prafiksasi dan Postfiksasi
a. Pencucian
prafiksasi
Pencucian
jaringan segar ini ditujukan untuk menghilangkan bekas-bekas darah yang mungkin
menempel pada jaringan ketika koleksi jaringan.Menempelnya darah atau kotoran
lain pada permukaan jaringan akan
menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan pada tahap-tahap
berikutnya.Disamping itu, kotoran darah ini juga bisa menimbulkan artifak yang
akan mempengaruhi hasil pengamatan.
Jaringan
segar yang baru diambil dari hewan, sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan
laruta salin atau larutan buffer sbelum difiksasi. Larutan salin normal akan
mencegah terjadinya perubahan osmotik dan plasmolitik, sementara larutan buffer
akan mempertahankan keseimbangan asam dan basa protoplasma disamping kemampuan
untuk mencegah terjadinya perubahan osmotik dan plasmolitik, atau perubahan
postmortem lainnya.
b. Pencucian
Postfiksasi
Pencucian
jaringan postfiksasi harus dilakukan untuk membuang kelebihan fiksatif yang
mungkin dapat menimbulkan interfrensi pada tahap berikutnya.Jika sayatan beku
akan dilakukan, maka jaringan dapat dicuci dengan air, tetapi dalam keadaan
mendesak jaringan tersebut dapat dimasukkan langsung kedalam mikrotom beku
tanpa dicuci terlebih dahulu.
Pencucian
dengan air harus dilakukan jika jaringan difiksasi dengan fiksatif yang
mengandung kaliun dikromat, merkuri klorida, asam osmat, atau dalam larutan
mueller, Zenker, dan lain-lain.
Pencucian
dengan alkohol harus dilakukan jika jaringan difiksasi dengan fiksatif yang
mengandung formalin,larutan Bouin, Mann, Ezra Allen, AFA dan juga larutan
carnoy.
Untuk
jaringan yang difiksasi kurang dari 12 jam, lama pencucian sebaiknya dua kali
lipat dari waktu yang dibutuhkan untuk fiksasi.
4.
Dehidrasi
(Dehydration)
Tujuan
dehidrasi adalah untuk menarik air yang terdapat dalam jaringan setelah difiksasi.Dehidrasi
juga memiliki fungsi mencuci dan bisa membuat jaringan menjadi kokoh dan
mungkin menjadi keras dan rapuh.Proses dehidrasi dilakukan dengan cara
melewatkan jaringan melalui satu seri larutan yang mengandung bahan penarik air
dengan konsentrasi naik dan air dengan konsentrasi menurun.
Larutan
pendehidrasi (Dehydrating Agent)
1. Alkohol
2. Dioksan
3. N-butil
Alkohol
5.
Penjernihan
(Clearing)
Penjernihan
merupakan tahap transisi dari alkohol ke paraffin dalam metode paraffin.Bahan
yang paling umum digunakan merupakan bahan hidrokarbon, seperti xilol, dan
toluol,serta klorform.Ada beberapa cara penjernihan ( clearing) yaitu :
a. Penjernihan
dengan xilol dan toluol
b. Penjernihan
dengan kloroform
c. Penjernihan
dengan minyak cedar atau metil salisilat
6.
Infiltrasi
(Infiltration)
Infiltrasi
adalah tahap yang sangat penting dan kritis, karena tahap ini sangat menentukan
kualitas hasil penyayatan (sectioning).Dalam proses ini, medium imbeding diinfiltrasikan
ke dalam seluruh bagian jaringan.
Jika
parafin akan digunakan sebagai medium embeding, maka infiltrasi jaringan
dilakukan dengan cara memindahkannya secara berturut-turut ke dalam paraffin
lembut dengan titik leleh 48oC, paraffin menengah dengan titik leleh
52-54oC, dan terakhir ke dalam paraffin keras, dengan titik leleh 56oC
masing-masing sleama 15 menit.
7.
Penanaman
(Embedding atau Blocking)
Tahapan
penanaman disebut juga dengan blocking (membuat block).Untuk membuat block yang
terbentuk diperlukan suatu cetakan atau (template).Ukuran blok yang terbentuk
ditentukan oleh ukuran cetakan yang digunakan.Ada beberapa jenis cetakan :
a. Cetakan
yang berbentuk huruf L
b. Cetakan
yang bisa dirangkai seperti sarang lebah
c. Cetakan
yang terbuat dari bahan gelas
d. Cetakan
yang terbuat dari bahan kertas
8.
Penyayatan
(Sectioning)
Tujuan
utama penyayatan adalah untuk menghasilkan irisan atau sayatan jaringan setipis
mungkin tanpa merusak struktur umum jaringan tersebut.Untuk menghasilkan
sayatan seperti ini dibutuhkan peralatan khusus yang disebut mikrotom.Ada
beberapa metode penyayatan diantaranya :
a. Metode
parafin
b. Metode
celloidin
c. Metode
kombinasi celloidin-paraffin
d. Metode
beku
9.
Penempelan
(Afixxing)
Untuk
slide konvensional, agar pita sayatan dapat menempel dengan erat dibutuhkan
suatu reagen tertentu yang berfungsi sebagai lem yang melekatkan pita pada
permukaan slide.Tahap penempelan harus dilakukan sedemikian rupa hingga kilta
yakin bahwa pita sayatan benar-benar menempel pada slide.Bahan yang pertama
kali diperkenalkan adalah albumen dan gliserol dengan perbandingan (1:1).
Membersihkan
slide
Slide
dapat dibersihkan dengan merendamnya di alkohol netral kemudian dikeringkan
dengan kain lap linen yang kering dan bersih.Jika slide sulit dibersihkan
dengan cara diatas maka rendam dengan alkohol 70% yang telah diasamakan dengan
asam nitrit, kemudian dengan alkohol netral dan dikeringkan seperti dijelaskan
diatas.Slide bekas dapat di daur ulang dengan cara merendamnya denga larutan
xilol yang dutujukan untuk melarutkan canada balsam sehingga kaca penutupnya
terlepas dari slide.Cara lain untuk melepaskan kaca penutup slide adalah
memanaskan slide di atas nyala api hingga balsam meleleh, sesudah kaca penutup
slide dilepas dengan cara menggesernya secara perlahan menggunakan ujun
skalpel.
10.
Pewarnaan
(Staining)
Pewarnaan
sangat diperlukan karena kebanyakan jaringan sudah tidak memiliki warna yang
memadai untuk dapat diamati komponen-komponennya dibawah mikroskop.Pemillihan
bahan pewarna yang tepat akan sangat membantu dalam identifikasi jaringan dan
komponen-komponennya serta mendiagnosis kondisi-kondisi patologisnya.
Bahan
pewarna berdasarkan asal-usulnya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Pewarna
alami
Pewarna ini diperoleh
dari hewan dan tumbuhan contohnya kokinal, carmine , dan hematoksisilin.
b. Pewarna
sintetik
Kelebihan pewarna
sintetika adalah bahwa pewarna ini dapat digunakan untuk pewarnaan ganda atau
triple.
Prosedur
pewarnaan dengan hematoksilin :
Xilol
1 à
Xilol 2 à Xilol : Alkohol absolut (1:1) àAlkohol
absolut à 95% à
80% à
70% à
50% à
Akuades à Hematoksilin à
Air ledeng mengalir (dua kali ganti) à
Akuades (2 kali ganti) à Eosin à
Alkohol 70% à Alkohol 80% à Alkohol (96%) à
Xilol 1 à Xilol 2 à
Menutup.
11.
Penjernihan
(Clearing)
Tahap
penjernihan ini adalah tahap yang kedua kali.Tahap penjernihan ini sama seperti
tahap penjernihan yang pertama. Bahan penjernih yang paling umum digunakan
merupakan bahan hidrokarbon, seperti xylol (xylene) dan toluol (toluene), serta
kloroform.
12.
Penutupan
(Mounting atau Cover Slipping)
Penutupan
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Bentangkan
satu kajang kertas filter di atas meja tempat anda bekerja
b. Ambil
satu slide dari xilol II kemudian diletakkan di atas kertas filter (permukaan
yang mengandung jaringan menghadap ke atas).
c. Teteskan
satu Canada balsam tepat di atas jaringan sebelum jaringan kering dari xilol.
d. Ambil
satu kaca penutup di antara jari telunjuk dengan jempol tangan kiri sementara
tangan kanan memegang sebuah jarum.
e. Turunkan
kaca penutup sampai menyentuh slide dekat jaringan lalu miringkan ke arah kanan
dan tahan ujungnya yang lain dengan jarum.
f. Turunkan
kaca penutup dengan caara menarik ujung jarum secara perlahan.
g. Biarkan
Canada balsam menyebar secar merata di bawah kaca penutup untuk mendesak
gelembung udara dari bawah kaca penutup tersebut.
h. Biarkan
slide mengering dan jangan lagi disentuh.
Canada
balsam harus dibuat setipis mungkin, kaca penutup dapat ditekan (secar
perlahan) dengan bagian penghapus dari pensil untuk menipiskan Canada balsam.
Pada hari berikutnya, kelebihan Canada balsam dapat dibuang dengan cara
mengeriknya dengan scalpel.
DAFTAR
PUSTAKA
Balbach,M & L.C.Bliss,(1996), A Laboratory manual For Botany, Saunders collage publishing, New York.
Parjatmo,
W., (1993), Panduan Keterampilan Kerja laboratorium, ITB ,Bandung.
Pujawati,
E D, (2002), Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan, Universitas Lambung Mangkurat, Lampung.
Sipahutar,
Herbert, (2014), Dasar-dasar Teori
Mikroteknik, Universtas Negeri Medan, Medan
Comments
Post a Comment